Terkait penilaian kinerja
dengan pendekatan standar penilaian yang dirangkum dari tulisan Devries (1981)
dan Dick Grote (1996) dalam Sudarmanto
(2009) bahwa penilaian atau pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan
pendekatan, yaitu : (a) pendekatan atau penilaian kinerja berbasis pelaku; (b)
pendekatan atau penilaian kinerja berbasis personality trait ; (c) pendekatan
atau penilaian kinerja berbasis perilaku; dan (d) pendekatan atau penilaian
kinerja berbasis hasil.
Robbins (2003) menyatakan
bahwa penilaian kinerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 3 macam, yakni: (1) Result-based
performance evaluation, (2) Behavior-based performance evaluation,
(3) Judgment-based performance evaluation, sebagai berikut:
1) Penilaian performance berdasarkan hasil (Result-based
performance evaluation).
Tipe kriteria performansi ini merumuskan
performansi pekerjaan berdasarkan pencapaian tujuan organisasi, atau mengukur
hasil-hasil akhir (end results). Sasaran performansi bisa ditetapkan
oleh manajemen atau oleh kelompok kerja, tetapi jika menginginkan agar para
pekerja meningkatkan produktivitas mereka, maka penetapan sasaran secara
partisipatif, dengan melibatkan para pekerja, akan jauh berdampak positif
terhadap peningkatan produktivitas organisasi. Praktek penetapan tujuan secara
partisipatif, yang biasanya dikenal dengan istilah Management By Objective (MBO),
dianggap sebagai sarana motivasi yang sangat strategis karena para pekerja
langsung terlibat dalam keputusan-keputusan perihal tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Para pekerja akan cenderung menerima tujuan-tujuan itu
sebagai tujuan mereka sendiri, dan merasa lebih bertanggung jawab untuk dan
selama pelaksanaan pencapaian tujuan-tujuan itu.
2) Penilaian
performansi berdasarkan perilaku (Behavior Based Performance Evaluation).
Tipe kriteria performansi ini mengukur sarana (means) pencapaian sasaran (goals) dan hasil akhir (end
result). Dalam praktek, kebanyakan pekerjaan tidak memungkinkan
diberlakukannya ukuran-ukuran performansi yang berdasarkan pada obyektivitas,
karena melibatkan aspek-aspek kualitatif. Jenis kriteria ini biasanya dikenal
dengan BARS (behaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical
incidents yang terkait dengan berbagai dimensi performansi. BARS menganggap
bahwa para pekerja bisa memberikan uraian yang tepat mengenai perilaku atau
perfomansi yang efektif dan yang tidak efektif. Standar-standar dimunculkan
dari diskusidiskusi kelompok mengenai kejadian-kejadian kritis di tempat kerja.
Sesudah serangkaian session diskusi, skala dibangun bagi setiap dimensi
pekerjaan. Jika tercapai tingkat persetujuan yang tinggi diantara para penilai
maka BARS diharapkan mampu mengukur secara tepat mengenai apa yang akan diukur.
BARS merupakan instrumen yang paling bagus untuk pelatihan dan produksi dari
berbagai departemen. Sifatnya kolaboratif memakan waktu yang banyak dan biasa
pada jenis pekerjaan tertentu, adalah job specific, tidak dapat
dipindahkan dari satu organisasi ke organisasi lain.
3) Penilaian
performansi berdasarkan judgement (Judgement-Based
Performance Evaluation)
Tipe kriteria performansi yang menilai dan/atau
mengevaluasi perfomansi kerja pekerja berdasarkan deskripsi perilaku yang
spesifik, quantity of work, quality of work, job knowledge, cooperation,
initiative, dependability, personal qualities dan yang sejenis lainnya.
Dimensi-dimensi ini biasanya menjadi perhatian dari tipe yang satu ini.
- Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan;
- Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya
- Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya
- Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesame anggota organisasi).
- Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya;
- Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi.
Gomes dalam Sudarmanto (2009) mengukur kinerja pegawai terkait
dengan alat pengukuran kinerja, secara garis besar diklasifikasikan dalam dua,
yaitu: pertama, tipe penilaian yang dipersyaratkan; dengan penilaian
relatif dan penilaian absolute. Penilaian relatif merupakan model
penilaian dengan membandingkan kinerja seseorang dengan orang lain dalam
jabatan yang sama. Model penilaian absolute merupakan penilaian dengan
menggunakan standar penilaian kinerja tertentu. Kedua, fokus pengukuran
kinerja dengan tiga model, yaitu : penilaian kinerja berfokus sifat (trait),
berfokus perilaku dan fokus hasil.
Selanjutnya Parmenter (2010)
mengemukakan tiga tipe ukuran kinerja, yaitu : (1) indikator hasil utama (key
result indicators), menggambarkan bagaimana keberhasilan karyawan secara
perspektif, (2) indikator kinerja (performance
indicators), menjelaskan
apa yang harus karyawan lakukan, dan (3) indikator kinerja utama (key
performance indicators), menjelaskan apa yang harus karyawan lakukan untuk
meningkatkan kinerja secara dramatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar