Jumat, 12 Juni 2009

Sesisir Ilmu dari kampung Awet Muda

Cerita ini bermula di kampung kecil lagi terpencil di sebuah pulau tak bernama, dimana suara katak menjadi yang paling menonjol. Alunan suara mereka sungguh terorganisir rapi dalam konser musik beraliran naturalis. Kita bisa melihat tuan ALAM yang lincah, bersemangat menjadi pimpinan sekaligus pemandu utama dalam konser yang aduhai memabukkan. Bukan rahasia kalau di kampung itu tuan Alam selalu bertambah muda seiring bertambahnya waktu. Itulah kawan, sebab dikenalnya kampung ini dengan sebutan ”Kampung Awet Muda”, para penghuni kampung berpantang menyingkat nama kampung mereka menjadi 3 huruf, 5 huruf apalagi satu huruf., sebab bagi mereka nama adalah doa.

Sejak awal mula kampung itu berada, para leluhur telah mewariskan ajaran pada anak cucu mereka. Ajaran itu kemudian tersimpan rapi hingga tulang rusuk cicit sampai generasi tak taulah bahwa ”Dosa menyingkat doa”. Nama apa saja tak terkecuali nama penghuni luar kampung. Itulah sebab mengapa nama sebagian penghuni kampung itu tidak lebih dari dua suku kata saja.

Kawan, kampung Awet Muda itu terletak di ketinggian 1000 m di atas permukaan laut dengan 23 kepala keluarga. Jarak paling jauh antara satu rumah dengan rumah yang lain adalah 5 meter, itupun karena jalan setapak selebar 3 meter yang membentang di depan rumah mereka. Itulah sebab jarang ditemui ada rahasia di kampung itu.

Rumah-rumah di sana berukuran hampir sama dan mirip, tersusun kuat dari kayu jati ratusan tahun. Yang membedakan hanyalah ukiran yang menghiasi pintu masing-masing rumah. Sungguh tak ada yang lebih menonjol dari yang lainnya. Kalaupun ada bukan karena ukuran atau kemewahan rumah, tapi karena rumah itulah yang paling ramai dikunjungi orang, tentu saja rumah itu adalah rumah kepala kampung, Tuan Berilmu nama kepala kampung awet muda itu, konon diangkat karena namanya dan ketangkasannya memecahkan persoalan kampung ketika masih muda. Saat itu mantan Kepala kampung Tuan Bersahaja sedang sakit kambuh asmanya, membutuhkan istirahat lama berkisar seminggu. Waktu itu kampung memiliki hajad membangun jembatan sebagai penghubung dengan kampung Ratu Adil, tetangga kampung sebelah barat kampung Awet Muda. Para pekerja yang terdiri dari laki-laki satu perwakilan dari setiap keluarga tak tahu apa yang harus dilakukan dan instruksi siapa yang akan didengar. Permasalahan yang dihadapi waktu cukup pelik dan membuat adu mulut. Mereka bekerja semrawut dan tak terorganisir. Situasi waktu itu cukup memanas karena ketika pemuda 1 menebang pohon sebagai bahan jembatan pemuda 2 memprotes, bukankah tidak seharusnya kita menggunakan pohon jati? Dan begitu seterusnya.

Pada saat situasi telah mencapai tahap genting, Berilmu remaja perwakilan dari keluarga Lincah datang dan membantu penyelesaian masalah dengan logika sederhananya” Sudahlah tunggu kepala kampung sembuh baru bangun kembali jembatan itu”. Tak dinyana semua menyetujui dan berpikiran ”Owh sungguh Berilmu luas wawasannya”.

Dari situlah kemudian Setiap kali penghuni kampung menghadapi persoalan pelik larinya selalu kepada Berilmu yang berumah 3 rumah dari rumah kepala kampung. Rumah Berilmu menjadi rumah kedua paling ramai dikunjungi setelah rumah Tuan Bersahaja kepala kampung waktu itu.

Lima tahun setelah peristiwa jembatan, Berilmu diangkat menjadi kepala Kampung karena Tuan Bersahaja sudah semakin tua payah dan meminta pensiun. Pemberhentian ketua lama dan Pemilihan ketua baru cukup singkat. Waktu itu Tuan Bersahaja mengumpulkan semua warga kampung awet muda, kemudian berpidato yang isinya kurang lebih adalah sebagai berikut ”Wahai para penghuni Kampung Awet Muda, saya mengumpulkan kalian semua di sini untuk mengatakan kepada kalian semua bahwa saya sudah semakin tua, sungguh bertolak belakang memang dengan kampung tercinta kita, namun saya adalah manusia biasa, yang dengan ketetapan Allah Subhanahuwata’ala diberi karunia tua. Oleh karenanya wahai wargaku, saat ini juga aku memutusakan untuk pensiun dari jabatanku. Rambutku sudah semakin putih, nafasku pun hanya tinggal satu dua, Aku malu ketika aku nanti di panggil Oleh Dia yang maha Hidup karena pergi meninggalkan kalian semua dengan urusanku yang belum selesai. Jadi wargaku yang aku cintai, ini adalah saat yang tepat bagiku untuk menyelesaikan urusanku yaitu untuk mendampingi kalian semua memilih pengganti ku sebagai Kepala kampung.” sejenak warga terdiam, bahkan ada satu dua perempuan yang menangis. Beberapa detik kemudian semua warga menyahut BERILMU” dan jadilah Berilmu sebagai ketua kampung Awet Muda itu.

Ketika pengangkatan itu terjadi berilmu baru berumur 25 tahun dan belum menikah. Sebenarnya berilmu sudah sangat ingin melaksanakan tuntunan Rasulullah dalam membagun Rumah tangga, namun urusan kampung mengalihkan perhatiannya waktu itu.


:P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar