Moeheriono
(2012) menyatakan bahwa penetapan Key
Performance Indicator (KPI) dapat dilakukan dengan langkah-langkah antara
lain sebagai berikut:
1) Penentuan faktor-faktor kunci
keberhasilan (FKK)
Faktor-faktor kunci keberhasilan (FKK) penting diidentifikasi
karena mencerminkan wilayah-wilayah kunci (key
areas) yang dapat menunjukkan kinerja pada saat organisasi mewujudkan
tujuan-tujuannya. Kemudian Faktor-faktor kunci keberhasilan tersebut diturunkan
dari setiap rumusan tujuan. Pertanyaan yangdapat digunakan dalam perumusan FKK:
Faktor apa yang harus tersedia pada saat organisasi berhasil mewujudkan tujuan?
Atau faktor apa yang menyebabkan organisasi dapat berhasil mewujudkan
impian-impiannya? Penentuan FKK dilakukan melalui proses pengumpulan data dari
pemangku kepentingan. Data yang berhasil dikumpulkan pada saat proses analisis
pemamngku kepentingan, analisis internal eksternal serta identifikasi isu-isu
startegik dapat digunakan sebagai bahan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
kunci keberhasilan.
Selanjutnya dari data yang berhasil dikumpulkan, pihak
pimpinan instansu dapat melakukan diskusi untuk mengidentifikasi faktor-faktor
kunci keberhasilan akan banyak membantu dalam merumuskan Key Performance Indicator (KPI).
2) Mengomunikasikan tujuan dari Key Performance Indicator (KPI) ke
seluruh jajaran organisasi.
Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan kondisi yang kondusif di
internal organisasi dengan cara mendapat kepercayaan dan perhatian dari semua
stakeholders dalam organisasi (pegawai, pimpinan, pelanggan, masyarakat, dan
lain-lain) karena mereka inilah yang akan menjadi pendorong utama keberhasilan
penerapan Key Performance Indicator (KPI),
langkah selanjutnya adalh mengkomunikasikan dan menjelaskan alasan dan tujuan
penerapan Key Performance Indicator (KPI)
ini secara terbuka dan didalam prosesnya melibatkan semua pihak yang terkait.
3) Memilih dan mengembangkan Key Performance Indicator (KPI)
Dalam
pemilihan dan pengembangan Key
Performance Indicator (KPI) perlu diperhatian hal-hal sebagai berikut.
a. Fokus pada praktis dan bukan
perfectionitas. Dorong Tim untuk mencari Key
Performance Indicator (KPI) yang dapat menyediakan informasi berharga,
namun tidak membutuhkan sumber daya yang besar untuk mengumpulkannya.
b. Perhatikan indikator leading dan indikator lagging. Indikator lagging merefleksikan berbagai hal yang telah terjadi (misalnya pelayanan), sedangkan indicator leading digunakan untuk memprediksi
berbagai hal yang akan terjadi di masa mendatang (misalnya kualitas pelayanan,
kepuasan masyarakat)
c. Dokumentasikan
alasan rasioanal pemilihan Key
Performance Indicator (KPI) berikut penjelasannya. Dengan demikian semua
pihak yang terkait akan memiliki persepsi yang sama atas Key Performance Indicator (KPI) yang dipilih, seperti mengapa
indicator tersebut penting untuk organisasi?, inisiatif-inisiatif strategic apa
yang akan ditempuh dalam upaya pencapaiannya? Dan siapa saja yang secara
langsung terlibat dalam pencapaiannya.
d. Bekerja dengan Key Performance Indicator (KPI) yang hanya mampu dikelola dengan
baik. Jangan terlalu banyak apalagi melebihi kapasitas untuk melaksanakannya.
Pengalaman menunjukkan bahwa setiap instansi hanya mampu mengerjakan kurang
dari dua belas Key Performance Indicator (KPI)
saja. Terlalu banyak Key Performance
Indicator (KPI) akan membuat sulit untuk fokus dalam pelaksanaanya.
e. Dibutuhkan
kesabaran yang tinggi mengingat secara nyata belum ada tim yang dapat berhasil
dalam pencapaian secara keseluruhan target-target Key Performance Indicator (KPI) organisasinya hanya dalam satu atau
dua kali pelaksanaan. Terus lakukan pembaharuan dan percobaan hingga berhasil
4) Menetapkan target
Target
didefinisikan sebagai suatu ukuran yang ingin dicapai dalam waktu tertentu yang
biasa tercantum dalam pelaksaan kinerja tahunan. Pemantauan target dapat
dilaksanakan dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan.
Ukuran/besaran target sendiri ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: (1)
pencapaian di masa lalu (baseline);
(2) keinginan pemangku kepentingan(target ditentukan oleh stakeholder secara
langsung); atau (3) menilai kemampuan kondisi internal dan eksternal instansi.
Hal yang
paling umum dijadikan ukuran target adalah pencapaian kinerja dimasa lalu (baseline) yang kemudian dapat
dikembangkan menjadi beberapa jenis target sebagai berikut:
a. Baseline,
dalam penetapan target ini, target dimasa lalu dijadikan ukuran dasar
(baseline) dalam penentuan target tahun berikutnya. Bila target yang ditetapkan
sama dengan target tahun lalu maka target tersebut disebut target baseline.
b. Tradisional, adalah target yang
paling banyak digunakan yaitu dengan perhitungan ditambah 10% dari target tahun
lalu. Angka 10% ini berasal dari rata-rata kenaikan inflasi setiap tahunnya.
Kenaikan inflasi dijadikan acuan Karena banyak yang menganggap bahwa
peningkatan 10% dalam organisasi akan dapat bertahan pada tahun berikutnya
c. Strech target, adalah suatu besaran target
yang elastic. Target ini besarnya 50% di atas target baseline, sebuah angka
yang cukup menantang di atas target tradisioanl.
d. Best possible
target, adalah target yang besarannya dibuat secara eksponensial dari target
tahun lalu. Target ini merupakan target maksimum atau batasan atas dari target
yang akan dicapai.
5) Melaksanakan Key Performance Indicator (KPI)
Setelah Key Performance Indicator (KPI) dikembangkan
dan semua orang dalam organisasi terlibat dalam prosesnya, tahapan selanjutnya
adalah mengimplementasikan sebuah sistem yang dapat melacak dan melaporkan
secara regular informasi pencapainnya kepada pimpinan puncak organisasi.
Pelaksanaan Key Performance Indicator (KPI)
melibatkan setidaknya dua orang, yaitu seorang pegawai di tempat aktivitas yang
sedang diukur, dan seorang pimpinan yang oleh instansi diberikan tanggungjawab
untuk mencapai target Key Performance
Indicator (KPI) dan melaporkannya kepada pimpinan puncak organisasi.
Kemudian
beberapa bentuk data dapat diperoleh secara mingguan dan bulana dari sistem
database organisasi, namun ada juga data yang hanya dapat diperoleh secara
tahunan melalui survey seperti informasi mengenai kepuasan masyarakat kepada
organisasi. Berbagai metode pengumpulan data kinerja yang lain adalah melalui
daftar simak (checklist) ataupun
inspeksi visual untuk melihat kualitas secara langsung serta diskusi dan
wawancara dengan pelaksana kegiatan terkait.
6) Memonitor hasil dan melakukan
perbaikan
Hal
utama yang harus dilakukan adalah memonitor Key
Performance Indicator (KPI) instansi secara regular dan membandingkannya
dengan kinerja masa lalu serta target yang telah ditetapkan. Jika hasil yang
diinginkan belum tercapai, jajaran pimpinan harus mendiskusikan langkah apa
saja yang harus diambil sehingga target dapat dipenuhi. Hal yang paling mungkin
untuk dilakukan adalh mereview lagi permasalahan yang terdapat dala area
tersebut, merevisi target, membuat perbaikan operasional, atau bahkan mengubah
strategi organisasi.
7) Me-review Key Performance
Indicator (KPI)
Melakukan
review atas berbagai Key Performance Indicator (KPI) yang
telah ditetapkan pada tahun lalu merupakan sebuah keharusan yang harus
dilakukan oleh organisasi dalam rangka menilai apakah penetapan indicator
kinerja yang telah dilakukan sudah layak dan tepat. Fokuskan review pada
indicator kinerja proxy atau indicator kinerja pengganti (surrogate). Bila ternyata ditemukan ketidak tepatan dan
ketidaklayakan (baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya) penetapan pada
masa lalu, maka Key Performance Indicator
(KPI) dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan sasaran strategic yang telah
dikembangkan.
Apabila
indicator kinerja yang diterapkan kurang tepat, maka pengukuran kinerja
pencapaian sasaran akan mengalami ketidaktepatan juga, sehingga informasi
pencapaian kinerja yang akan dihasilkan menjadi bias. Oleh karena itu, review terhadap indicator hendaknya
dilakukan secara terus menerus dan berkala pada saat melakukan evaluasi capaian
indicator kinerja di organisasi yang bersangkutan. Namun review juga dapat
dilakukan sendiri terpisah dari kegiatan evaluasi yang bersifat regular.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar