Minggu, 02 Januari 2011

MOZAIK VI-->DEWASA DAN AKU MENCINTAI-NYA

Saat ini aku bersekolah di Universitas Islam Indonesia, sungguh berbeda dengan sekolahku sebelumnya, yang cenderung sederhana. Saat ini aku berusia 22 tahun. Dan sudah begitu banyak hal yang aku lalui dan menambah kecintaanku terhadap-Nya. Segala hal yang terjadi adalah yang terbaik untukku. Beberapa hari terakhir ini ketika erupsi merapi aku mendapatkan begitu banyak pelajaran. Aku merasa Allah sungguh menyanyangiku. Menyelamatkan aku dan keluargaku.

Ketika desa tetangga hangus terbakar pada malam meletusnya merapi, aku dan keluargaku masih di rumah berdebat satu sama lain, susah sekali menyamakan pendapat. Masing-masing panik dengan pemikiran dan keinginan masing-masing. Ayah sebagai kepala keluarga memutuskan kami tidak keluar ketika hujan kerikil terjadi. Ibuku sungguh khawatir. Dan akhirnya kita berpasrah. Ternyata ketika itu ayah sudah keluar rumah dan merasakan hujan kerikil dalam keadaan hangat. Apabila keluar maka akan lebih banyak mudharat. Kami keluar ketika hujan kerikil reda dan mengungsi ke rumah saudara. Kami berkumpul dan saling bercerita

Dalam pengungsian aku menyaksikan banyak hal, kesedihan, perjuangan, keputusasaan, ketidaknyamanan, ketakutan, tawa ceria anak-anak, tangis, rasa syukur, dan kesatuan dalam kedekatan kepada Tuhan. Bahkan aku sendiri merasakan ketakutan itu, tidak bisa tidur, takut mendengar suara sirine, dan gluduk gluduk merapi. Tapi aku harus menahan itu semua, aku harus mendampingi keluargaku dan menguatkan mereka serta orang-orang disekelilingku. Saat inipun masih ada rasa kekhawatiran. Ahh tapi Dia tau yang terbaik untukku, aku menyayangi keluargaku dan aku Mencintai-Nya. Yang aku alami saat ini cukup berat bagiku, tapi aku tahu Allah tidak akan mencoba apabila aku tidak sanggup melaluinya.

MOZAIK V--> AKU BELAJAR

Kelas 5 SD aku sudah mengkhatamkan Al-Quran dan ayahku memberikan hadiah untukku. Aku selalu ikut lomba-lomba keagamaan ketika SD, Tartil, dakwah, kaligrafi, model islami dll.

Aku meneruskan SMP di Pondok pesantren Darul Hikmah. Di pondok tersebut aku bertahan selama 4 bulan. Aku dapat pembelajaran mengenai Agama, bahasa Arab, Bahasa Iggris, Tarikh, Aqidah, Akhlaq dll. Aku pindah bersekolah ke SMP Muhammadiyah dan aku mendapatkan pelajaran agama yang tidak jauh berbeda ketika aku di pondok. Ketika SMP aku sangat patuh dan manis.

Aku meneruskan SMA di SMA Muhammadiyah dan mendapatkan pelajaran agama. Disini aku mulai merasakan cinta monyet. Aku menyukai laki-laki kecil yang selalu taat sholat dhuha dan mengaji. Aku sangat terkesan dan memanggilnya “wajah malaikat”.

Ayahku menyekolahkan aku di sekolah yang tidak popular. Di sekolah dimana kebanyakan muridnya yatim piatu atau tidak mampu. Aku belajar ketulusan dari guru-guru dan belajar kasih sayang dari teman-teman juga kesederhanaan serta rasa syukur. Ayah mengatakan kepadaku bahwa kualitas pribadi bukan karena kita sekolah dimana tetapi karena kita belajar, belajar bisa dimana saja. Di sekolah aku bermain dan di rumah aku belajar, tapi sesungguhnya aku belajar ketika bermain. Belajar tentang kehidupan dan belajar mengenai orang-orang yang menjalaninya.

MOZAIK IV--> WAKTUKU KECIL BELAJAR MENGENAL-NYA

Ketika Balita ayahku sudah mengenalkan agama kepadaku. Beliau mengajak sholat subuh berjamaah di masjid, menceritakan kisah-kisah nabi dan pahlawan Islam. Dan mengenalkankan Penciptaku. Aku sangat suka mendengar cerita-cerita dan dongeng-dongeng. Setiap malam sebelum tidur ayah selalu menyempatkan diri untuk bercerita tentang apa saja, tentang alam, tentang jagad raya, dan membelikanku buku-buku dengan gambar berwarna warni.

“ Aku bertanya, pa Tuhan itu laki-laki atau perempuan?. Ayahku menjawab Tuhan itu bukan laki-laki dan perempuan.. Banci kah pa?,.Ta sayang, Tuhan itu tidak seperti manusia, nanti kalau kamu sudah besar kamu akan tau.” Hmmm kapan ya aku besar?

Dan begitulah ayahku selalu sabar menjawab semua pertanyaanku ketika itu. Masuk SD ayahku membuka TPA di rumah dan memanggil guru ngaji. Semua teman-teman sekitar rumah berdatangan untuk mengaji di rumahku. Aku mengenal IQRO. Ketika puasa tiba ayah mengundang teman-temanku untuk berbuka bersama di rumah, ayah selalu mengajakku pergi sholat terawih dan aku selalu membuat kegaduhan dengan teman-temanku.

MOZAIK III--> SAATNYA AKU ADA

Khalista Nur'aini Junep , aku pada hari ini Sleman, 26 Juli 1988, melihat wajah laki-laki dan perempuan itu. Ayah dan ibuku. 9 bulan 10 hari sejak pengenalan suara laki-laki dan perempuan. Hari ini hari yang membuatku terharu bagaimana mungkin aku tega melihat ibuku melahirkanku dalam kepayahan. Tapi semua kehendak-Nya dan ternyata itu bukan kepayahan tapi kebahagiaan. Tak dirasakan ibu setelah aku lahir, yang ada hanya tetesan air mata bahagia. Maksudku setelah ibuku tersadar dari pingsannya beliau menangis karena bahagia. Pun laki-laki itu, ayahku mendampingi ibu ketika lahir. Dan suara yang tidak asing bagiku mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri.

Ayahku sangat mencintaiku. Mencukupi semua kebutuhanku. Ibu terhebatku di dunia lebih hebat dari ayahku. Aku ingin menyenangkan mereka, tapi sepertinya aku lebih banyak membuat khawatir ketika itu. Aku Susah makan dan hanya minum ASI. Sering di serang diare meskipun tidak lama. Dan sempat juga membuat panik ayah dan ibuku. Ahh mereka terlalu menyayangiku. Maka aku senangkanlah hati ayahku, ketika beliau melepaskanku di atas genteng merangkaklah aku memanjat genteng yang membuat ayahku berteriak teriak bahagia tapi sepertinya panik. Hmm mungkin belum berhasil, maka ketika kedua orang tuaku membaca akupun ikut-ikutan memegang buku dan membaca ditengah-tengah mereka meskipun aku tak tau deretan coret-coretan. Yang aku tahu hanya ada gambar menarik pangeran dan  seekor gajah diperut ular, bukan itu adalah topi koboy!

MOZAIK II--> JASAD TERBENTUK DARI CINTA DAN RUH TERTIUP SEMPURNA

Dan kini laki-laki perempuan telah halal satu sama lain. Perempuan adalah laki-laki dan laki-laki adalah perempuan. Tidak ada tabir yang menghalangi mereka untuk mengenal satu sama lain lebih dekat dan lebih bijaksana. Dan terjadilah apa yang memang indah untuk terjadi, dan semua itu atas Kehendak-Nya.

Sang lelaki memperlakukan perempuan dengan santun dan sang perempuan memuja lelaki sebagai belahan dari jiwanya. Laki-laki dan perempuan mendapatkan berita gembira dari-Nya. Aku menyaksikan jasadku terbentuk dalam rahim perempuan, laki-laki sungguh menyayangi perempuan, dibelai lembutnya jasadku.

Empat bulan kemudian aku menempati jasadku. Aku dan jasadku bersatu dan semakin bahagia laki-laki dan perempuan itu. Terkadang aku menendang nendang ketika laki-laki membelai lembut aku di dalam perut perempuan. Perempuan dan lelaki bernyanyi untukku, bercerita untukku dan memberikan music klasik kesukaanku. Ketika senang aku menendang. Ketika aku diam lelaki membacakan lantunan merdu firman-Nya. Aku bergerak lembut dan perempuan tersenyum dengan wajah cantik dan damai.

MOZAIK I --> KEPINGAN CINTA MALU-MALU

Dari sini aku menyaksikan kisah cinta laki-laki dan perempuan yang kata-Nya akan menjadi Ayah dan Ibuku. Mari aku ceritakan apa yang kusaksikan seingatku saja. Cinta mereka seperti judul mozaik satu diatas, bermula dari rasa malu dan bergetarlah apa yang hanya bisa dijelaskan cinta. Dia mempertemukan laki-laki dan perempuan itu lantas menancapkan rasa dalam hati dari masing-masing mereka. Rasa untuk memiliki dan dimiliki rasa yang menuntut penyatuan. Dia berkehendak demikian dan terjadilah. Aku bergembira atau mungkin bersedih karena sebentar lagi ketiadaan jasadku akan berakhir.

Perempuan itu Sri Andayani, lahir pada tahun 1965. Laki-laki itu bernama Hazairin Rum Junep lahir 4 tahun sebelum kelahiran perempuan. Perempuan dewasa dan bersekolah di universitas Negeri di Jogja. Dan laki-laki pun demikian, sekolah berpindah-pindah dan kemudian menemukan tempat yang tak membuatnya berpindah, Universitas Negeri di Jogja. Pun Dia yang berkehendak. Rasa itu ditiupkan-Nya di hati perempuan.

Perempuan melihat lelaki ketika berselisihan jalan di kampus Negeri di jogja. Terkesanlah dan berkata” dia, laki-laki itu? Apa ini? berlalu dan berkelebat, dia yang akan jadi suamiku kelak”. Dan demikianlah salam terkirim untuk lelaki yang kebetulan tertarik dengan sastra prancis yang atapnya tak jauh dari atap administrasi pendidikan universitas negeri di jogja.

Haripun berlalu dan lelaki ingin tau. Lelaki datanglah ke tempat berdiam perempuan. Perempuan tidak menduga dan ditatapnya lelaki itu. Obrolan ringan terjalin malu. Pulanglah dan keesokan pagi perempuan mendapatkan secarik kertas dan setangkai mawar. Di buka dan dibacanya..” je t'aime”.

Mereka pun berbahagia karena Dia berkehendak demikian. Perempuan menangis ketika berpisah dengan lelaki itu. Tidak ada satu tahun bersatulah mereka atas ijin-Nya. Dan Aku bergembira atau mungkin bersedih karena sebentar lagi ketiadaan jasadku akan berakhir.

Laki-laki itu dibesarkan dalam keluarga dengan latar belakang agama yang kuat. Sedangkan perempuan itu dibesarkan dengan latar belakang agama yang biasa-biasa saja bahkan cenderung kejawen. Lelaki mengajarkan segala hal terhadap perempuan tersebut tentang agama, bagaimana membaca Al-Qur’an yang baik. Pun ketika menikah perempuan itu merasa punya kewajiban untuk mengerti kandungan ayat Al-Qur’an dan dibacanyalah hingga tamat.

Mereka membangun rumah tangga ketika masih kuliah, saat itu ayah ibu merekalah yang tetap membiayai masing-masing mereka untuk tetap berkuliah. Pun menikah karena ayah perempuan melihat kedua orang yang tengah dimabuk cinta tersebut sudah tidak bisa dipisahkan dan harus cepat-cepat dinikahkan. Sang ayah menantang sang laki-laki untuk menikahi sang perempuan. Dan menikahlah mereka.

Kehidupan ekonomi mereka bangun bersama. Laki-laki memang sudah bekerja ketika kuliah. Menerjemahkan, dan lain sebagainya. Suka duka mereka lewati bersama, dan cintalah yang selalu membuat duka mereka menjadi bahagia.

Indonesia Tanah Air Beta

Indonesia Tanah Air Beta
Pusaka Abadi Nan Jaya
Indonesia Sejak Dulu Kala
Tetap Di Puja-puja Bangsa

Di Sana Tempat Lahir Beta
Dibuai Dibesarkan Bunda
Tempat Berlindung Di Hari Tua
Tempat Akhir Menutup Mata

Pantang Mundur

Kulepas Dikau Pahlawan
Kurelakan Dikau Berjuang
Demi Keagungan Negara
Kanda Pergi Ke Medan Jaya

Bila Kanda Teringat
Ingatlah Adik Seoarang
Jadikan Daku Semangat
Terus Maju Pantang Mundur

Air Mataku Berlinang
Karena Bahagia
Putra Pertama Lahir Sudah
Kupintakan Nama Padamu Pahlawan

Sembah Sujud Ananda
Dirgahayulah Kakanda
Jayalah Dikau Pahlawan
Terus Maju Pantang Mundur

Bengawan Solo

Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani

Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut

Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu

Aryati

Aryati…
Dikau mawar asuhan rembulan
Aryati…
Dikau gemilang seni pujaan

Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan
Ujung jarimu kucium mesra tadi malam
Dosakah hamba memuja dikau dalam mimpi
Hanya dalam mimpi

Aryati…
Dikau mawar di taman khayalku
Tak mungkin dikau terpetik daku
Walaupun demikian nasibku
Namun aku bahagia
Seribu satu malam

Sepasang Mata Bola

Hampir malam di Jogya
Ketika keretaku tiba
Remang remang cuaca
Terkejut aku tiba tiba

Dua mata memandang
Seakan akan dia berkata
Lindungi aku pahlawan
Dari pada sang angkara murka

Sepasang mata bola
Dari balik jendela
Datang dari Jakarta
Menuju medan perwira

Kagumku melihatnya
Sinar sang perwira rela
Hati telah terpikat
Semoga kita kelak berjumpa pula

Sepasang mata bola
Seolah-olah berkata
Pergilah pahlawanku
Jangan bimbang ragu
Bersama do’aku..